Minggu, 03 Mei 2015

SISINGAAN

Sisingaan (Kesenian Tradisional Masyarakat Sunda)

Asal Usul
Sisingaan adalah suatu kesenian khas masyarakat Sunda (Jawa Barat) yang menampilkan 2-4 boneka singa yang diusung oleh para pemainnya sambil menari. Di atas boneka singa yang diusung itu biasanya duduk seorang anak yang akan dikhitan atau seorang tokoh masyarakat. Ada beberapa versi tentang asal-usul kesenian yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Jawa Barat ini. Versi pertama mengatakan bahwa sisingaan muncul sekitar tahun 70-an. Waktu itu di anjungan Jawa Barat di TMII ditampilkan kesenian gotong singa atau sisingaan yang bentuknya masih sederhana. Dan, dari penampilan di anjungan Jawa Barat itulah kemudian kesenian sisingaan menjadi dikenal oleh masyarakat hingga saat ini.

Versi kedua mengatakan bahwa kesenian sisingaan diciptakan sekitar tahun 1840 oleh para seniman yang berasal dari daerah Ciherang, sekitar 5 km dari Kota Subang. Waktu itu, Kabupaten Subang pernah menjadi “milik” orang Belanda dan Inggris dengan mendirikan P & T Lands. Hal ini menyebabkan seolah-olah Subang menjadi daerah pemerintahan ganda, karena secara politis dikuasai oleh Belanda, tetapi secara ekonomi berada di bawah pengaruh para pengusaha P & T Lands. Akibatnya, rakyat Subang menjadi sangat menderita. Dalam kondisi semacam ini, kesenian sisingaan lahir sebagai suatu bentuk perlawanan rakyat terhadap kedua bangsa penjajah tersebut. Dan, untuk menegaskan bahwa kesenian sisingaan adalah suatu bentuk perlawanan, maka digunakan dua buah boneka singa yang merupakan lambang dari negara Belanda dan Inggris. Oleh sebab itu, sampai hari ini dalam setiap permainan sisingaan selalu ditampilkan minimal dua buah boneka singa.

Dalam perkembangan selanjutnya, kesenian sisingaan bukan hanya menyebar ke daerah-daerah lain di Kabupaten Subang, melainkan juga ke kabupaten-kabupaten lain di Jawa Barat, seperti Kabupaten Bandung, Purwakarta dan Sumedang. Selain menyebar ke beberapa daerah, kesenian ini juga mengalami perkembangan, baik dalam bentuk penyempurnaan boneka singa, penataan tari, kostum pemain, maupun waditra dan lagu-lagu yang dimainkan.

Pemain
Para pemain sisingaan umumnya adalah laki-laki dewasa yang tergabung dalam sebuah kelompok yang terdiri atas: 8 orang penggotong boneka singa (1 boneka digotong oleh 4 orang), seorang pemimpin kelompok, beberapa orang pemain waditra, dan satu atau dua orang jajangkungan (pemain yang menggunakan kayu sepanjang 3-4 meter untuk berjalan). Para pemain ini adalah orang-orang yang mempunyai keterampilan khusus, baik dalam menari maupun memainkan waditra. Keterampilan khusus itu perlu dimiliki oleh setiap pemain karena dalam sebuah pertunjukan sisingaan yang bersifat kolektif diperlukan suatu tim yang solid agar semua gerak tari yang dimainkan sambil menggotong boneka singa dapat selaras dengan musik yang dimainkan oleh para nayaga.

Tempat dan Peralatan Permainan
Kesenian sisingaan ini umumnya ditampilkan pada siang hari dengan berkeliling kampung pada saat ada acara khitanan, menyambut tamu agung, pelantikan kepala desa, perayaan hari kemerdekaan dan lain sebagainya. Durasi sebuah pementasan sisingaan biasanya memakan waktu cukup lama, bergantung dari luas atau tidaknya kampung yang akan dikelilingi.

Peralatan yang digunakan dalam permainan sisingaan adalah: (1) dua atau empat buah usungan boneka singa. Rangka dan kepala usungan boneka-boneka singa tersebut terbuat dari kayu dan bambu yang dibungkus dengan kain serta diberi tempat duduk di atas punggungnya. Sedangkan, untuk bulu-bulu yang ada di kepala maupun ekor dibuat dari benang rafia. Sebagai catatan, dahulu usungan yang berbentuk singa ini terbuat dari kayu dengan bulu dari kembang kaso dan biasanya dibuat secara dadakan pada waktu akan mengadakan pertunjukan. Jadi, dahulu sisingaan tidak bersifat permanen, tetapi hanya sekali digunakan kemudian dibuang; (2) seperangkat waditra yang terdiri dari: dua buah kendang besar (kendang indung dan kendang anak), sebuah terompet, tiga buah ketuk (bonang), sebuah kentrung (kulanter), sebuah gong kecil, dan sebuah kecrek.; dan (3) busana pemain yang terdiri dari: celana kampret/pangsi, iket barangbang semplak, baju taqwa dan alas kaki tarumpah atau salompak.

Pertunjukan Sisingaan
Pertunjukan sisingaan diawali dengan kata-kata sambutan yang dilakukan oleh pemimpin kelompok. Setelah pemimpin kelompok memberikan kata sambutan, barulah anak yang akan dikhitan atau tokoh masyarakat yang akan diarak dipersilahkan untuk menaiki boneka singa. Selanjutnya, alat pengiring ditabuh dengan membawakan lagu-lagu yang berirama dinamis sebagai tanda dimulainya pertunjukan. Kemudian, sejumlah 8 orang pemain akan mulai menggotong dua buah boneka singa (satu boneka digotong oleh 4 orang).

Setelah para penggotong boneka singa siap, maka sang pemimpin akan mulai memberikan aba-aba agar mereka mulai melakukan gerakan-gerakan tarian secara serempak dan bersamaan. Para penggotong boneka itu segera melakukan gerakan-gerakan akrobatis yang cukup mendebarkan. Gerakan-gerakan tarian yang biasa dimainkan oleh para penggotong boneka singa tersebut adalah: igeul ngayun glempang, pasang/kuda-kuda, mincid, padungdung, gugulingan, bangkaret, masang, sepakan dua, langkah mundur, kael, ewag, jeblang, depok, solor, sesenggehan, genying, putar taktak, nanggeuy singa, angkat jungjung, ngolecer, lambang, pasagi tilu, melek cau, nincak rancatan, dan kakapalan.

Sedangkan, lagu-lagu yang dimainkan oleh juru kawih untuk mengiringi tarian biasanya diambil dari kesenian Ketuk Tilu, Doger, dan Kliningan, seperti: Keringan, Kidung, Titipatipa, Gondang, Kasreng, Gurudugan, Mapay Roko, Kembang gadung, Kangsring, Kembang Beureum, Buah Kawung, Gondang, Tenggong Petit, Sesenggehan, Badudud, Tunggul Kawing, Samping Butut, Sireum Beureum, dan lagu Selingan (Siyur, Tepang Sono, Awet Rajet, Serat Salira, Madu dan Racun, Pria Idaman, Goyang Dombret, Warudoyong dan lain sebagainya).

Pertunjukan sisingaan ini dilakukan sambil mengelilingi kampung atau desa, hingga akhirnya kembali lagi ke tempat semula. Dan, dengan sampainya para penari di tempat semula, maka pertunjukan pun berakhir.

Nilai Budaya
Seni sebagai ekspresi jiwa manusia sudah barang tentu mengandung nilai estetika, termasuk kesenian tradisional sisingaan yang ditumbuh-kembangkan oleh masyarakat Ciherang, Kabupaten Subang. Namun demikian, jika dicermati secara mendalam sisingaan tidak hanya mengandung nilai estetika semata, tetapi ada nilai-nilai lain yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain adalah kerja sama, kekompakan, ketertiban, dam ketekunan. Nilai kerja sama terlihat dari adanya kebersamaan dalam melestarikan warisan budaya para pendahulunya. Nilai kekompakan dan ketertiban tercermin dalam suatu pementasan yang dapat berjalan secara lancar. Nilai kerja keras dan ketekunan tercermin dari penguasaan gerakan-gerakan tarian. (ali gufron)

radisional masarakat sunda)

Daftar Wisata Di Kota Bandung

Daftar Wisata Di Bandung

Saat ini terdapat sejumlah 69 obyek wisata  sebagai sebuah phenomena alam dengan segala pesona kecantikan dan daya tarik keunikannya tersebar di wilayah kerja Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.
Tempat-tempat wisata di Bandung Kota:
  • Gedung Sate Bandung dan Lapangan Gasibu
  • Monumen Perjuangan Rakyat – Jl. Dipatiukur
  • Kebun Binatang Bandung – Jl. Tamansari
  • Institut Teknologi Bandung – Jl. Ganesha
  • Taman Ganesha – Jl. Ganesha
  • Taman Lalu Lintas – Jl. Sumatera
  • Taman Lansia – Jl. Cisangkuy
  • Taman Kantor Pemerintah Kota Bandung
  • Bandung Tempo Doeloe – Jl. Braga
  • Pusat Perbelanjaan Jl. Cihampelas
  • Museum Pos Indonesia – Jl. Cisanggarung
  • Museum Mandala Wangsit Siliwangi
  • Museum Konferensi Asia Afrika
  • Alun-alun dan Masjid Agung – Jl. Asia Afrika
  • Museum Sri Baguda – Jl. Lingkar Selatan
Tempat-tempat wisata di Bandung Utara:
  • Curug Dago
  • Taman Hutan Dago Pakar dan Gua Belanda/Jepang
  • Curug Omas – Taman Wisata Maribaya
  • Arena Pemancingan Bonita – Lembang
  • Teropong Bintang Boscha – Lembang
  • Pasar Tradisional – Lembang
  • Taman Hutan Jaya Giri – Lembang
  • Bumi Perkemahan Cikole
  • Kawah Ratu – Gunung Tangkuban Parahu
  • Kawah Upas – Gunung Tangkuban Parahu
  • Kawah Domas – Gunung Tangkuban Parahu
  • Perkebunan Teh Subang – Jawa Barat
  • Pemandian Air Panas Ciater
  • Taman Bunga Cihideung – Jl. Sersan Bajuri
  • Spirit Camp & Sahabat Alam – Jl. Sersan Bajuri
  • Curug Cimahi – Cisarua
Tempat-tempat wisata di Bandung Selatan:
  • Kawah Putih – Ciwidey
  • Bumi Perkemahan Rancaupas – Ciwidey
  • Pemandian Air Panas Walini – Ciwidey
  • Perkebunan Teh Rancabali – Ciwidey
  • Perkebunan Teh Gambung – Ciwidey
  • Situ Patengan – Ciwidey
  • Situ Cipanunjang – Pangalengan
  • Situ Cileunca – Pangalengan
  • Situs Gunung Padang – Jawa Barat
  • Kawah Kamojang – Paseh Jawa Barat
Tempat-tempat wisata di Bandung Barat:
  • Pusat Sepatu dan Tas – Jl. Cibaduyut
  • Perbukitan Kapur – Padalarang
  • Waduk Ciburuy – Padalarang
  • Waduk Saguling – Jawa Barat
  • Pemandian Air Cipanas – Jawa Barat
  • Gua Pawon – Jawa Barat
  • Sang Hyang Tikoro – Jawa Barat
Tempat-tempat wisata di Bandung Timur:
  • Alam Pegunungan Manglayang
  • Curug Cinulang – Cicalengka
  • Kawah Kamojang

Jumat, 01 Mei 2015

Manusa jeung kamanusaan na

Asalamualaikum wrwb.Dina enggoning hirup jeung huripna urangnu salaku umat alloh umat muhamad yen tangtos urang tos di tangtoskeun sipat sareng tabeatna sangkan tiasa di sebat manusaTah tidieu urang tangtos kedah ngartos atanapi paham kana sipat kamanusaan nana kumargi sipat kamanusaan linggih dilebet eunggon dada atanapi sajeroning dada atanapi nur cahaya batin na manusatah urang kedah ngoreh dimana atuh linggihna nur cahaya batin manusa teh supados urang ngartos,paham kana naon anu di sebat manusa.kukituna mangga urang pedar perkawis manusa numutkeunislam.

Minggu, 26 April 2015

kamus sunda sederhana

Paririmbon tina kecap rimbu.Rimbu (basa Kawi) = Simpen.Paririmbon = Buku sisimpenan = Buku anungandung elmu nu jarero.Urang Sunda pituin = Urang Sunda asli = Urang Sunda tulén.Pepeling = Papatah.Gumelar = Lahir ka dunya. Satungtung = Salilana.Ihtiar = Usaha.Nungtut elmu = Ngumpulkeun pangarti = Ngumpulkeun pangaweruh.Nyiar dunya = Neangan rejeki = Nyiar kipayah = Neangan kahirupan.Malahmandar = Susuganan = Sugan pareng.Bubuka = Pangangkat carita.Ngumbara = Cicing di lembur batur.Nusantara = Indonésia.Ngitung lembur = Nyaba ka mana-mana.Ngajajah milangan kori = Nyaba ka mana-mana.Ngajajah = Ngider nganyahokeun tempat-tempat.Kori = Lawang kori = Panto (babakuna panto anu peundeutna dua).Ngemban timbalan = Ngajalankeun paréntah.Ibu Pertiwi = Lemah cai.Kénging lara = Kénging kanyerian, atanapiudur.Tunggara = Kasusah.Kuciwa = Kateungeunah haté.Dadak sakala = Harita kénéh.Mitra = Sobat.Sunda ngumbara = Urang Sunda nu matuhdi lembur batur.Ngalalana = Nyaba kalunta-lunta (kateterusan) henteu puguh nu dijugjug, henteu terang nu ditéang, henteu nyata nu diseja.Kapihatur = Kapiunjuk.Sebrang = Peuntas.Cicirén tina ciri. Ciri = Tanda.Tri = Tilu. Murti = Badan. Trimurti = Tilu badan (perkara) anu ngahiji.Sajati = Tulén = Asli = Henteu palsu.Lenyepan = Hartikeun atawa rasakeun enya-enya. Lemesna : Hartoskeun atanapiraoskeun yaktos-yaktos.Supados lemesna tina : supaya.Émutan lemesna tina : ingetan.Utama = Euweuh cawadeunana.Hancaeun = Garapeun.Pulasara = Urus samistina.Pusaka = Titinggal karuhun.Pitutur = Pepeling.Kakantun lemesna tina titinggal.Para karuhun = Para luluhur anu geus maraot, geus areuweuh (taya) di kieuna.Seuweu =I. Anak jelema.II. Anak putu Nabi Adam = Turunan Nabi Adam = Jelema-jelema.Paré nyeuweu = Paré ngadapur, loba anakna.Awi nyeuweu = Awi ngadapur, loba anakna.III. Ngaran sabagian tina bubu, gawéna pikeun nahan lauk anu geus asup kana jero bubu supaya henteu kaluar deui.Siwi = Anak; sok dipake oge pikeun sesebutan, ka putra raja anu pameget. Siwi teh basa Kawi. Seuweu-siwi Pajajaran= Turunan Pajajaran. Nu dimaksud : urangSundaSeuweu-siwi = Turunan = Jalma-jalma. Nini-aki = Luluhur.Basa Sangsekerta atawa Sangsakerta = Basa kuna di tanah Hindu. Dina agama Brahma nu dipakéna basa Sangsekerta. DiIndonésia loba kénéh kecap-kecap Sangsekerta; ayana dina ngaran jelema-jelema atawa kota-kota. Contona :Ngeunaan ngaran jelema-jelema:Nataprawira. Nata = Ratu = Raja. Prawira= Kendel, teteg haté.Gandakusuma. Ganda = Seungit. Kusuma= Kusumah = Kembang.Wijayakusuma = Kembang kajayaan.Kartasasmita. Karta atawa Kerta = Aman. Sasmita = Misil atawa perlambang. Dina basa Walanda : Symbool.Surawijaya. Sura = Déwa. Wijaya = Kaunggulan = Kajayaan.Somawisésa. Soma = Bulan. Wisésa = Maha kawasa.Wirasumantri. Wira = Lalaki atawa prajuritatawa kekentong. Su = Hadé atawa alus (basa Kawi). Mantri = Ponggawa = PagawéNagara.Gandasudirja. Ganda = Seungit. Su = Hadéatawa alus (basa Kawi). Di pondokna tina Hadi = Hade atawa alus (basa Kawi). Reja= Raharja (Harja) dina basa Sunda, hartina: Ma’mur, teu kurang sandang pangan.Jayadisastra. Jaya = Unggul. Di tina Hadi = Hadé atawa alus (basa Kawi). Sastra = Tulisan.Wiriasaputra. Wiria = Wira = Lalaki atawa prajurit atawa keken­tong. Sa = Hiji. Putra= Anak lalaki.Ngeunaan kota-kota :lndragiri. Indra = Déwa. Giri = Gunung.Purwakarta. Purwa = I. Wétan jeung II. Mimiti, Karta = Kerta = Aman. Dina basa Jawa: Purwokerto.Sidareja. Sida = Tulus. Reja = Ma'mur. Dina basa Jawa : Sidorejo.Singapura. Singa = Singa. Pura = Karaton.Surabaya. Sura = Déwa = Wani. Baya = Bahya = Bahaya. Dina basa Jawa : Suroboyo.· Kawi (basa Sangsakerta) = Bujangga.· Basa Kawi = Kecap-kecap nu baheula nu sok dipaké ku para bujangga.Contona:Nétra = Panon.Kerta = Karta = Aman.Su = Hadé atawa alus.Hadi = Di = Hadé atawa alus.Lalis = Paéh.Niskara = Kabéh.Marcapada = Bumi.Panji = Bandéra.Daya = Kakuatan atawa hojah.

Sabtu, 25 April 2015

papatah kolot baheula

Postinganpapatah kolot baheuladi handap ieu nyaeta paribasan jeungbabasan sunda paling lengkep jeung hartina dina bahasa Indonesia, mudah-mudahan tiasa janten referensi kangge bahan renungan khususna pikeun urang sunda anu kiwari budayana tos ka geser ku budaya basa deungeun alias kabudayaan barat:*.Ulah gugur samemeh tempur, ulah perlaya samemeh perang. Indit ka medan jerit ulah dengki,lumampah ka medan dadalaga ulah dendam, lumaku ka medan tempur ulah ujub*.Taat sumembah kanu janten rama, sumujud tumut kanu janten ibu*.Dihareupeun aya kasusah, ditukang pasti aya kabungah*.Dahareun anu asup kanu awak, bakal jadi kulit, jadi daging, jadi sumsum, jadi balung, matak singati-ati*.Mudah-mudahan urang kakungkung ku rohmat pitulung nu Maha Agung.*.Sasanget-sangetna leuweung, moal leuwh sanget tibatan sungut*.Manusa mah beda jeung anjing budug di jarian, dimana paeh ngan saukur bilatungan, tapi manusa sajabana ti bilatungan bakal anggih jeung balitungan*.Kudu mampu tungkul kanu jukut, ulah tanggah ka sadapan, sing awas kana tincakan*.Amit kanu mangku lembur, kanunyungsi dinu sepi, nu keur genahtumaninah*.Sanajan urang paanggang, hatemah paanjang-anjang. Sanajan urang papisah, kanu Maha Kawasa urang sumerah pasrah*.Hariring lain nu kuring, haleuanglain nu urang. Hariring kagunganNu Maha Wening, Haleuang kagungan Nu Maha Wenang*.Jelema mah tungkul tumpuk kalalaputan, tanggah tempat kalalepatan. Samenit ganti sajamrobah, sore janji isuk teu dipake*.Lain sia kudu melaan agama, tapi agama nu kudu melaan sia. Sabab agama bakal nyalametkeun urang dunya akherat*.Sakur nu rek ngarugikeun kana diri, bangsa jeung nagara, cegah ku diri sorangan*.Jalma nu iman ka Pangeran, dimana datang bala sobar, datang untung sukur*.Geura leungitkeun sirik pidik nu ngancik dina ati, aral subaha nu nyayang dina dada*.Ditarima ku panangan dua, disuhun dinu embun-embunan, ditampi ku ati sanubari*.Hirup kudu sauyunan, mun cai jadi saleuwi, ka darat jadi salogak. Sapapait samamanis, sabagja satanggung jawab, sareuneuh saigel*.Ari nu ngaranna hukum adil teH teu ninian, teu akian, teu indungan, teu bapaan, teu sobat-sobat acan*.Dimana urang doraka ka indung bapa, lir ibarat Lamun di lemburkai randu, lamun di leuweung kai dander. Dipake pangorek bingkeng, dipake pamikul bengkung. Dipake suluh matak teu ruhai, matak beuleuweung kanu niupna*.Dina sawatara isuk, dina sawatara wanci haneut moyan, dina sawatara poe anu keur dilakonan, dina sawatara harepan, dina sawatara impian, mugi aya dina cageur jeung bageurna, panceg jeung ajegna, hirup jeung huripna, waluya balarea, prung tandang makalangan marengan caang jalan pasampangan*.Peun we ah papait ka tukang, kaseudih anu kamari, tunggara anu mangkukna, rek dipendem ameh balem, disimpen cing rikip, ditunda, diecagkeun, moal di teang, moal di ingeut, geus wayahna nyampeur kabagja, geus wayahna ninggali kahareup,ajeug nangtungan hirup, ngabageakeun anjeun anu aya, anjeun anu nyanghareup, anjeunanu aya sajeroning rasa*.Panon poe geus moncorong, indung beurang geus nyaangan, gearkeun hate anu aleum, heabkeun rasa anu tiis, bray hibar cahyana ka sakuliah alam dunya, mawa bagja keur urang sararea*.Pajajaran kari ngaran, Pangrangogeus narikolot, Mandalawangi ngaleungit, Nya dayeuh geus jadileuweung.*.Lamun neda kudu ka Pangeran, mustang ngeumbing mung ka Gusti. Sabab lamun menta ka manusa, matak bosen nganti-nganti*.Amit ampun nya paralun, ka Gusti Nu Maha Agung, ka Nabi anu linuhung, Muhammad anu jinunjung*.Kaluhur neda papayung, papayung Nu Maha Agung, kahandap neda pangraksa, pangraksa Maha Kawasa*.Ampun ka anu Maha Agung, Nu kagungan Kun fayakun, Jleg ngadeg sakur kersa-Na, Bral gumelar kawasa-Na*.Lain rek mamatahan nerekel ka monyet, mamatahan ngojay ka soang.*.Geura menta hampura kanu jadibapa, geura menta ampun kanu jadi indung, sabab duanana pangeran urang di alam dunya.*.Sabar teh lain Ditampiling cicing,ditajong morongkol, digebug murungkut.*.Sagolek pangkek, sacangred pageuh, teu unggut kalinduan, teu geudag kaanginan.*.Meredih kana asihna Gusti, menta kana murahna nu Kawasa.*.Jeung dulur mah Jauh silih tepungan, anggang silih teangan,gering silih ubaran, paeh silih lasanan, salah silih benerkeun, poekeun silih caangan, mun poho silih bejaan.*.Dedeg sampe, rupa hade, patut teu nganjuk, rupa teu menta, na kalakuan teu beda ti euwah-euwah?*.Bisi aya elmu kasungkur-sungkur, pangabisa nu can ka talaah, ajian nu kasingkir-singkir,geura taluktik ti kiwari, geura kotektak ti ayeuna.*.Ulah jalir janji lanca-linci luncat mulang udar tina tali gadang*.Zaman kiwari mah Anu dakwah kari pertentangna, anu ngaji karihariringna, tapi kajahatanmah beuki meuweuh*.Dimana-manahurung nangtung siang leumpang, caang jalan, lugina hate, kakait ati anu sajati, gagantar rasa anu sampurna, nun gusti .. teupangkeun kuring jeung manehna, meureun aya rasa, rasa bagja anu sampurna salamina*.Kateter basa, kalangsu mangsa, katinggaleun poe, nyasab dina waktu, ayeuna, isuk jeung kamari, hiji niat na diri, miharep, ngapimilik anu sajati*.Kudu paheuyeuk- heuyeuk leungeun paantay-antay tangan*.Neangan luang tipapada urang*.Ulah nyaliksik ku buuk leutik*.Ulah lunca linci luncat mulang udar tina tali gadang, omat ulah lali tina purwadaksina*.Ulah pagiri- giri calik, pagirang- girang tampian*.Bengkung ngariung bongkok ngaronyok*.Nyaur kudu diukur nyabda kudu di unggang*.Hirup di alam dunya sembaheunanging Gusti nu kagungan urang sadaya, nu ngajadikeun bumi, langit, sawarga, naraka jeung sagala eusina*.Hate nu Kalingkung ku wawangunan, kalingker ku papageran.*.Miindung ka waktu, mibapa ka zaman*.Niti wanci nu mustari, ninggal mangsa nu sampurna, kahirupandi dunya taya lian keur taqwa.*.Bagja dimana boga sobat medok,istri denok, sawah ledok.*.Nu geulis jadi werejit, nu lanjangjadi baruang.*.Nyukcruk galur nu kapungkur, mapay laratan anu baheula, nitihwanci nu kamari, ninggang mangsa nu sampurna. Sanajan urang beda tapi sarua, sanajan teu ngahiji tapi sa ati, milari ridho gusti nu Sajati.*.Tunggul tong dirurud, catang tong dirumpak, hirup katungkul ku umur, paeh teu nyaho dimangsa. Sing inget kana purwadaksi, purwa wiwitan, daksi wekasan. Hartina sing apal kana diri, asal timana?, cicing dimana? Balik kamana?*.Urang teh bakal pinanggih jeung poe akhir, nu ngandung harti poe pamungkas, raga ditinggalkeun nyawa, maot pingaraneunana. Bakal digiring kurung keur kuring, bakal dibulen saeneng-eneng, bakal ngagebleg deui jeung mantena.*.Hirup katungkul ku umur, paeh teu apal dimangsa, numatak rinik-rinik kulit harti, cicing hartingawincik diri, mun nyaah kana raga sing nyaho kana dasar agama.*.Positip x posotip= positip. Negative x negative= positip. Positip x negative=negative. Nu bener dibenerkeun eta bener, nu salah disalahkeun eta bener. Nu bener disalahkeun eta salah, nu salah dibenerkeun eta salah.*.Ratu tara ngahukum, raja tara nyiksa, melak cabe jadi cabe, melak bonteng jadi bonteng, melak hade jadi hade, melak goreng jadi goreng.*.Ulah taluk pedah jauh, tong hoream pedah anggang, tong cicing pedah tebih jauh kudu dijugjug, anggang kudu diteang, tebih kudu di sungsi*.Alam nirwana, alam asal, poe panjang, Nagara tunjung sampurna, nu baheula ka alaman, ngan kahalangan ku poho, sabab poe kamari lain poeayeuna. (Akherat)*.Wayang nyaeta gambaran kahirupan manusa Nu dipipindingingan ku silip sindir, dihalangan ku siloka sareng sasmita, kalayan dirimbunan ku gunung simbul.*.Geus loba pangarti nu kapimilik, pangabisa nu geus kapibanda, elmu nu geus katimu. kari diamalkeun*.Mipit amit, ngala menta, nyukcruk walungan, mapay wahangan, nete taraje, nincak hamalan, ipis lapis, kandel tapel.(malapah gedang)*.Sing waspada jeung permana tinggal. (Waspada)*.Inditna ulah ngagidig, nyokotna ulah ngaleos, mawana ulah ngalengkah.*.Meredih tina ati, menta tina manah. Menekung kanu Maha Agung, muja brata kanu Maha Kawasa*.Pasti teu bisa dipungkir, kadar teu bisa di singlar, papasten nu tumibar.*.Sing bisa nilik kana diri, bisa ngukur kana kujur.*.Elmu teh bakal ngancik tinu nyaring, bakal cicing dinu eling*.Alam nirwana, alam asal, poe panjang, Nagara tunjung sampurna, nu baheula ka alaman, ngan kahalangan ku poho, sabab poe kamari lain poeayeuna. (Akherat)*.Wayang nyaeta gambaran kahirupan ma